Selasa, 19 April 2016

Tahun Baru Khmer

Perayaan Tahun Baru Khmer

Hari Kamis, 7 April 2016 saya diundang teman saya yang mengajar di NPIC (National Polytechnic Institute Cambodia) untuk datang ke kampusnya karena akan diselenggarakan perayaan Tahun Baru Khmer dan Pak Vuthy sebagai Ketua Seamolec Kamboja yang memfasilitasi kami dengan tempat kami mengajar di Kamboja akan hadir. Jadi kami berencana untuk bertemu dengan Pak Vuthy di sana.


Pukul 16.10 (waktu di Kamboja sama dengan Waktu Indonesia bagian Barat) kami berangkat dari kostan dengan asumsi bahwa menurut Google Maps perjalanan akan memakan waktu 35 menit dan kami rasa akan cukup waktunya untuk datang ke kampus NPIC sebelum pukul 17.00. Namun ternyata praktik di lapangan tidak seperti yang diharapkan. Kami kesulitan mencari Tuk-Tuk untuk pergi ke sana. Kebanyakan sopir Tuk-tuk menolak mengantar kami karena terlalu jauh jaraknya ± 12 Km. Akhirnya kami menemukan juga Tuk-tuk yang mau mengantar kami ke sana dengan bayaran 7 dolar. Namun nasib berkata lain, baru setengah perjalanan (baru sampai ke Bandara Internasional
Tuk-tuk transportasi umum di Kamboja
Phnom Penh) motor Tuk-tuk yang kami tumpangi mengalami masalah, terdengar suara ledakan kecil dari arah motor yang dikemudikan si Abong (panggilan kepada orang yang lebih tua tetapi kadang Bong atau Abong digunakan juga untuk memanggil seseorang yang tidak kita kenal, semacam penghormatan) sopir, ternyata waktu saya lihat blok mesin motornya mengeluarkan asap dan seperti ada air mengalir di sela-sela mesin tersebut. Si Abong sopir pun dengan bahasa Khmernya berbicara dengan menggerakan tangannya (mungkin maksudnya maaf tidak bisa lanjut perjalanan). Akhirnya kami hanya diminta membayar 2 dolar dan diminta untuk mencari Tuk-tuk yang lain karena kasihan dan merasa bersalah atas kerusakan motor Tuk-tuknya kami pun tidak banyak protes dan langsung membayar. Perjalanan kami lanjutkan dengan Tuk-tuk yang lain. Ternyata NPIC tempatnya memang agak jauh, berada di pinggiran kota Phnom Penh, kalau di Indonesia mungkin tempatnya seperti daerah Gedebage, Bandung tempo dulu. Dalam perjalanan kami melewati pasar-pasar, jalanan berdebu, tempat pnyimpanan peti kemas, dan truk-truk pengangkut peti kemas yang melintasi yang membuat jalanan berdebu dan berlubang. Akhirnya pada pukul 18.00 kami sampai di kampus NPIC (telat 1 jam). Syukurlah, ternyata acara belum dimulai meskipun saat itu halaman kampus NPIC sudah dihadiri oleh banyak tamu undangan. Kami pun kebingungan mencari teman kami dan ketika melawati sekelompok orang, kami bertanya kepada sekelompok orang tersebut dan menyampaikan bahwa kami teman Bu Marike. Mereka langsung sigap mengantar kami ke meja tempat Bu Marike duduk. Kami baru tahu ternyata dalam kelompok orang tempat kami bertanya tadi ada Pak Vuthy juga. Kami pun segera menghampiri Pak Vuthy dan langsung memperkenalkan diri serta meminta maaf karena kami tidak mengenali sebelumnya.

Perayaan Khmer New Year di NPIC dirayakan seperti pesta, tetamu didudukkan di meja melingkar, setiap meja untuk 10—12 orang. Pada setiap meja di atasnya terdapat gelas, mangkuk, sumpit, sendok, meja hidangan putar, dan aneka jenis minuman kaleng. Bir adalah minuman yang tampaknya menjadi suatu keharusan untuk dihidangkan di atas meja. Di dekat meja-meja tetamu berdiri para SPG es batu yang akan dengan ramah melayani tamu yang ingin minumannya ditambah es batu agar dingin. Setelah meja penuh diisi oleh tamu, maka makanan pembuka segera dihantarkan ke meja masing-masing. Hidangan pembuka pertama adalah makanan seperti bihun goreng dilegkapi dengan springroll, ikan asin, kentang goreng, dan kedongdong beserta bumbu garam cabenya. Hidangan kedua tampak difoto berbentuk seperti gado-gado tetapi dengan tambahan daging sapi. Karena kami muslim dan di Kamboja sangat banyak sekali masakan yang menggunakan daging babi, kami sempat was-was apakah makanan ini bisa kami makan? Salah seorang dosen dari NPIC yang sudah pernah tinggal di Indonesia menjelaskan kepada kami bahwa makanannya aman dan bebas dari daging babi karena pihak kampus sudah mengetahui banyak tamu yang datang beragama Islam jadi mereka memesan makanan yang tidak mengandung daging babi.

Ketika tetamu menyantap hidangan pembuka, Presiden NPIC kemudian naik ke pentas untuk meyambut para tamu dan membuka acara. Kata sambutan yang saya kenang dari Presiden NPIC adalah sebagai berikut “Cambodia only have two seasons, hot season and very hot seasons” karena selebihnya Beliau menyampaikan kata sambutannya dengan menggunakan bahasa Khmer. Memang pada saat ini Kamboja sedang berada di musim panas suhu udara saat ini berkisar antara 38--40 derajat selsius yang membuat saya lebih memilih banyak beraktivitas di dalam ruangan. Minuman dingin sangat dibutuhkan untuk mendinginkan, membasahi tenggorokan, dan menyegarkan badan.

Pesta di Kamboja selalu dilengkapi dengan minuman Bir dan bergoyang bersama. Oh iya... tetamu di pesta dihidangkan berbagai makanan pembuka terlebih dahulu sebelum makanan penutup yang berupa nasi putih karena menurut kebudayaan Kamboja apabila tamu sudah dihidangkan nasi itu berarti tamu diperbolehkan pulang. Jadi kalau dalam pesta di Kamboja baru datang langsung disajikan nasi berarti pihak tuan rumah mengusir kita. Kembali ke menari dan joget, jadi ketika tamu menikmati hidangan yang disajikan tuan rumah, tamu juga akan dihibur oleh para biduanita cantik (lihat foto biduanitanya cantik dan seksi, kan? lho, kok biduannya ada yang berjilbab? bukan gan itu temen ane. Beliau lagi semangat nyanyi lagu “Bengawan Solo” yang ternyata terkenal di Kamboja ini) dan ketika para biduan itu bernyanyi para tamu diperbolehkan melantai untuk menari bersama. Pemandangan ini hampir sama dengan pertunjukan organ tunggal di Indonesia mungkin bedanya para biduannya tidak bergoyang erotis seperti biduan dangdut Indonesia dan penonton yang bergoyang juga gak seheboh dan sebrutal penonton organ tunggal di Indonesia.

     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar